RSS

RIVIEW BUKU


REVIEW BUKU STUDI ISLAM KONTEMPORER

Judul               : Studi Islam Kontemporer 
Penulis             : M.Rikza Chamami, M SI 
Penerbit           : Pustaka Rizki Putra (Semarang)
Cetakan           : Cetakan pertama
            Tahun terbit     : Desember 2012
            Tebal buku      : 228 halaman dan i+ xii 

BAB 1
PASANG SURUT KEBANGKITAN KEBUDAYAAN DAN KEILMUAN:
POTRET DISINTEGRASI ABBASIYAH

Perkembangan dinasti Abbasiyah dapat diklasifikasikan menjadi tiga periode: Pertama, periode perkembangan dan puncak kejayaan (750-950 M). Kedua, periode disintegrasi (950-1050 M) yang ditandai dengan upaya wilayah-wilayah melepaskan diri dan meminta otonomisasi, serta berkuasanya dinasti Bani Buwaihi dari Persia ke dalam pemerintahan khalifah di Baghdad. ketiga, periode kemunduran dan kehancuran (1050-1250 M).
Tanda-tanda adanya disintegrasi adalah: Pertama, munculnya dinasti-dinasti kecil di barat maupun timur Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi. Kedua, perebutan kekuasaan oleh dinasti Buwaihi dari Persia dan Saljuk dari Turki di Baghdad, sehinga menjadikan fungsi khilafah bagaikan boneka. Ketiga, lahirnya perang salib antara pasukan Islam dengan pasukan salib Eropa.
Profesor Nicholson telah menggambarkan kegiatan ilmiah di dunia Islam, dan kita memetik sebagian daripadanya sebagai permulaan mengenai kebangkitan kebudayaan di zaman Abbasiyah pertama. Menurut Nicholson, sejumlah besar para penyidik dan penuntut ilmu pengetahuan dari kalangan muslimin dengan penuh semangat mengembara ke tengah-tengah tiga benua yaitu dunia yang dikenal pada zaman tersebut, kemudian kembali ke negeri masing-masing seperti kembalinya lebah-lebah yang membawa madu yang membangkitkan selera.
BAB 2
KAJIAN DIALEKTIKA FENOMENOLOGI DAN ISLAM

Pendekatan Phenomenologi yaitu pendekatan yang menemukakan bahwa objek ilmu tidak terbatas pada yang empiric (sensual), melainkan mencakup fenomena lian baik persepsi, pemikiran, kemauan dan keyakinan subjek tentang suatu yang transenden, disamping yang aposteoritik.
Metode fenomenologi yaitu metode yang berusaha untuk menjelaskan dan mengungkapkan sesu akatu menurut suatu fenomena (gejala). Biasanya objek yang akan diteliti mengarah kepada kondisi dan pengalaman rohani. Metode fenomenologi Edmund Husserl dibangun di atas dua premis utama: Pertama, menegaskan kembali esensi posisi Cartesian, yakni “Pengetahuan langsung yang saya miliki dari keadaan mental kesadaran saya adalah dasar terpenting bagi pemahaman tentang hakikat.” Kedua, intensionalitas mental membuat “makna” atau “referensi” menjadi penting bagi setiap kegiatan mental.
Kajian fenomenologis terhadap esensitas keberagaman manusia muncul karena adanya ketidakpuasan para agamawan terhadap kajian historis yang hanya mengkaji aspek-aspek normativitas agama dari kulit luar atau aspek eksternalnya saja, sedangkan aspek internalitas-kedalaman keberagaman kurang tersentuh.

BAB 3
FILSAFAT MATERIALISME KARL MARK DAN FRIEDRICK ENGELS

Materialisme adalah sistem pemikiran yang menyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, system berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialism dialektika Karl Mark. Dalam kritik yang dilontarkan pada Hegel tentang manusia sebagai esensi dari jiwa, Mark menyanggah bahwa manusia adalah makhluk alamiah dalam dunia objek alamiah. Marx menganggap bahwa materi adalah hal yang utama, sementara pikiran wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagai para pemikir sebenarnya hanya refleksi.
Dengan menganut suatu materialisme yang bersifat dialektis, Mark dan Engeles menolak materialism abad ke-18 dan juga materialisme ilmiah dari abad 19 yang kedua-duanya bersifat mekanistis. Salah satu prinsip materialisme dialektis adalah bahwa perubahan dalam hal kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam hal kualitas. Berarti suatu kejadian pada taraf kuantitaf (misalnya pengintegrasian lebih rapat dari bagian-bagian materi) yang menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiawi berasal dari kehidupan organanis.

BAB 4
SKEPTISISME OTENTITAS HADITS:
KRITIK ORIENTALIS IGNAZ GOLDZIHER

Orientalis Barat pertama yang melakukan kajian seputar hadits ialah Ignaz Goldziher, orang yahudi kelahiran Hongaria berkebangsaan Jerman, kemudian diikuti oleh Joseph Schacht juga orang Yahudi berkebangsaan Jerman.
Kajian dan penelitian kedua orientalis ini menyimpulkan tidak adanya otentisitas/ keshahihan hadits Nabawi khususnya yang berkaitan dengan hukum Islam. Mereka berpendapat bahwa hadits bukan berasal dari Nabi Muhammad SAW, melainkan sesuatu yang lahir pada abad pertama dan kedua Hijriyah, dengan kata lain hadits hanyalah buatan para ulama.
Kedua kritikus non muslim itu pada dasarnya bukan untuk mencari ajaran yang terkandumg di dalam hadits Nabawi, melainkan mencari kelemahan-kelemahan dan menyimpulkan bahwa hadits-hadits yang menjadi rujukan dan sumber kedua hukum Islam hanya rekayasa para ulama. Dengan demikian Goldziher tidak lagi percaya bahwa hadits adalah murni sabda dari Nabi yang benar-benar pure. Walaupun ia tetap menyakini bahwa hadits masih menjadi sumber hukum Islam.
Goldziher menyatakan bahwa hadits bermakna suatu disiplin ilmu teoritis dan sunnah adalah kopendium aturan-aturan praksis. Bagi Goldziher, hadits sebagian besar adalah hasil dari perkembangan politik dan kemasyarakatan abad I dan II Hijriyah

BAB 5
TELAAH SOSIO-KULTURAL: MANHAJ AHLUL MADINAH

Manhaj ahlul Madinah lahir dalam kondisi yang memberikan iklim kesejukan di dalam memahami hukum Allah. Hukum yang diterbitkan  ahlul Madinah banyak berpijak bagaimana teks Allah itu berbicara. Pada dasarnya fiqh ahlul Madinah adalah fiqh yang berada dalam masa shahabat dimana disitu ada al-shahabah al-sab’ah, mereka adalah: Sa’id bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Abu Bakar bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Abdullah, Khorijah bin Zaid, Al-Qasim bin Muhammad, Sulaiman bin Yasar.
Di masa dua golongan madinah dan Iraq sumber hukum fiqh secara urut adalah al-qur’an, sunnah Nabi Muhammad SAW dan ra’yu (jika suatu masalah tidak terdapat di dalam dua sumber sebelumnya). Golongan ahlul hadits kurang menggunakan ra’yu karena khawatir keliru dalam berijtihad tentang agama.
Madzhab-madzhab yang dikenal sebagai ahlul hadits adalah madzhab asy-Syafi’I, madzhab Hambali dan madzhab Maliki. Imam Syafi’i memperkenalkan suatu pola penalaran dan metode pengolahan hukum yang utuh dan sistematis yang kemudian dikenal ushul fiqh. Sedangkan ijtihad yang dilakukan ahlul ra’yi berperan sekali dalam penggalian dan penetapan hukum, baik terhadap hukum yang tersirat maupun yang tersembunyi yang diperkirakan hukumnya tidak ada.





BAB 6
POSTMODERNISME: REALITAS FILSAFAT KONTEMPORER

Istilah “Posmodernisme” bias menunjuk pada berbagai arti yang berbeda, bisa berarti: aliran pemikiran filsafat, pembabagan sejarah (erat terkait pada pergeseran paradigma) ataupun sikap dasar/ etos tertentu. Masing-masing membawa konsekuensi logis yang berbeda, meskipun bias saling berkaitan juga.
Tata fikir spesifik posmo adalah kontardiksi, kontroversi, paradoks dan dilematik. Posmo lebih melihat realitas sebagai problematic, sebagai yang selalu perlu di-inquired, yang masih perlu di-discovered, sebagai yang kontroversial.

BAB 7
POTRET METODE DAN CORAK TAFSIR AL-AZHAR

Metode yang dipakai Hamka adalah metode analisis (tahlili) bergaya khas mushaf. Metode analisis adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Corak yang dikedepankan oleh Hamka dalam al-Azhar adalah kombinasi al-Adabi al-Ijtima’i Sufi (social kemasyarakatan) yaitu corak tafsir yang berusaha memahami nash-nash al-Qur’an secara teliti, kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud al-Qur’an tersebut dengan gaya bahasa yang indah dan menarik.





BAB 8
DISKURSUS METODE HERMENEUTIKA AL-QUR’AN

Hermeneutika digunakan sebagai jembatan untuk memahami secara menyeluruh, baik dari persoalan historis-sosiologis dan semiotis-kebahasan. Hermeneutika adalah salah satu diantara teori dan metode menyingkap makna tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggung jawab utama dari hermeneutika ialah menampilkan makna yang ada dibalik symbol-simbol yang menjadi objeknya. Islam sebagai agama yang dikembangkan dengan ayat al-Qur’an juga mencoba untuk mendekati dengan metode hermeneutika agar mendapat otentitas the massage of God.
Pada dasarnya hermeneutika berhubungan erat dengan bahasa. Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi atau perantara dalam  menyampaikan maksud, namun juga merupakan proses berfikir, berbicara, menulis maupun berkarya, baik yang diwujudkan dalam bentuk teks maupun tanda-tanda lainnya.

BAB 9
JAWA DAN TRADISI ISLAM
PENAFSIRAN HISTORIOGRAFI JAWA MARK R. WOODWARD

Mark R. Woodward berpendapat bahwa “Islam Jawa” yang kemudian disimplikasikan sebagai “kejawen” sebenarnya bukan sinkretisme antara Islam dan Jawa (Hindu dan Buddha), tetapi tidak lain hanyalah varian Islam, seperti halnya berkembangnya Islam di Arab, India, Syiria, Maroko dan lainnya. Yang paling mencolok dari Islam Jawa menurutnya adalah kecepatan dan kedalamannya mempenetrasi masyarakat Hindu-Buddha yang paling maju atau sophisticated. Perubahan itu terjadi dengan begitu cepatnya, sehingga masyarakat Jawa seakan tidak sadar kalau sudah terjadi transformasi sistem teologi.


BAB 10
REINTERPRETASI PROFIL PERADABAN ISLAM

Peradaban adalah bentuk kebudayaan yang paling ideal dan puncak, sehingga menunjukkan keadaban (madaniyah), kemajuan (taqaddum), dan kemakmuran (‘umran) suatu masyarakat. Jika kebudayaan bersifat abstraksi seperti sains murni, maka peradaban adalah hasil penerapannya seperti teknologi dan produk-produknya. Kebudayaan merupakan ekspresi-ekspresi subjektif dan particular (individual) yang terrefleksi dalam seni, sastra, religi, kepercayaan dan filsafat. Sedangkan peradaban bersifat objektif dan universal yang terrefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Datangnya Islam yang dimana pertama kali tersebar di kawasan semenanjung Arab memberikan pengaruh terhadap kebudayaan setempat, yakni memberikan ciri khusus terhadap kebudayaan itu sehingga tercipta kebudayaan yang berdasar pada nilai-nilai yang Islami. Kemudian hubungannya dengan peradaban adalah bahwa peradaban merupakan perkembangan dan kemajuan lebih lanjut yang bermula dari kebudayaan.
Pada dasarnya landasan “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama. Karena dalam Islam, agama bukanlah kebudayaan seperti yang dipercaya oleh penganut agama “bumi” (non-samawi), tetapi dari agama dapat melahirkan kebudayaan.




Makalah Iman Kepada Hari Akhir



NILAI PENDIDIKAN IMAN KEPADA HARI AKHIR
DAN HUBUNGANNYA DENGAN MAHSYAR


       I.            PENDAHULUAN

Allah telah menetapkan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara (fana) saja. Tidak ada yang abadi di dunia, termasuk manusia. Mengimani hari akhir merupakan salah satu rukun iman yang ke lima, dan merupakan bagian utama dari beberapa bagian akidah. Dengan demikian wajib bagi kita untuk beriman pada hari akhir itu. Perlu diketahui juga bahwa iman kepada hari akhir itu sangat penting bagi kehidupan, karena kehidupan tidak kekal dan abadi. Yang abadi tanpa awal dan tanpa akhir hanya Allah SWT.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang pengertian iman kepada hari akhir, macam-macam dan tanda-tanda hari akhir, hubungan hari kebangkitan dan mahsyar, serta nilai pendidikan yang bisa kita ambil dari beriman kepada hari akhir.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian iman kepada hari akhir?
B.     Apa saja macam-macam hari akhir dan tanda-tanda hari akhir?
C.     Apa saja peristiwa yang terjadi setelah hari akhir?
D.    Bagaimana hubungan hari kebangkitan dan mahsyar?
E.     Apa nilai pendidikan beriman kepada hari akhir?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Yaumul akhir atau hari akhir menurut bahasa adalah kehancuran atau kebangkitan. Sedangkan menurut istilah hari akhir adalah hari kehancuran alam semesta beserta seluruh isinya kemudian manusia akan dibangkitkan dari alam kuburnya untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya selama di dunia ini.
Beriman kepada hari akhir adalah rukun ke lima dari rukun-rukun iman. Artinya ialah menyakini dengan pasti kebenaran setiap hal yang diberitakan oleh Allah SWT dalam kitab suciNya dan setiap hal yang diberitakan oleh RasulNya SAW mulai dari apa yang akan terjadi sesudah mati, fitnah kubur, adzab dan nikmat kubur, dan apa yang terjadi sesudah itu seperti kebangkitan dari kubur, tempat berkumpul di akhirat (mahsyar), catatan amal (shuhuf), perhitungan (hisab), timbangan (mizan), telaga (haudh), titian (shirath), pertolongan (syafa’ah), surga dan neraka serta apa-apa yang dijanjikan Allah SWT bagi para penghuninya.[1]

B.     Macam-Macam Hari Akhir dan Tanda-tandanya
Meskipun waktu terjadinya hari kiamat tidak ada yang mengetahuinya, akan tetapi Allah SWT memberitahukan kepada RasulNya SAW tentang tanda-tanda kiamat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan kepada ummatnya tentang tanda-tanda kiamat. Para ulama membaginya menjadi dua: (pertama) tanda-tanda kecil dan (kedua) tanda-tanda besar.[2]
1.         Kiamat sughra atau kiamat kecil
Tanda-tanda kiamat kecil sangat banyak dan sudah terjadi sejak zaman dahulu dan akan terus terjadi. Diantaranya adalah wafatnya Nabi Muhammad SAW, munculnya banyak fitnah, munculnya fitnah dari arah timur (Iraq), munculnya orang yang mengaku sebagai Nabi, hilangnya amanah, diangkatnya ilmu dan merajalelanya kebodohan, banyaknya perzinaan, banyak orang yang minum khamr (minuman keras) dan merebaknya perjudian, masjid-masjid dihias, banyak bangunan yang tinggi, budak melahirkan anak tuannya, banyak pembunuhan, banyaknya kesyirikan, banyaknya orang yang memutuskan silaturahim, banyaknya orang bakhil, wafatnya para ulama dan orang-orang shalih, banyaknya wanita yang berpakaian telanjang[3], banyaknya bencana alam di dunia ini, dan lain-lain.
Banyak sekali dalil tentang hal ini, di antaranya sabda Rasulullah SAW:







“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari kiamat: 1. Wafatku, 2. Penaklukan Baitul Maqdis, 3. Wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit qu’ash yang menyerang kambing, 4. Melimpahnya harta hingga seseorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, 5. Timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan 6. Terjadinya perdamaian antara kalian dengan Bani Asfar (Bangsa Romawi), namun mereka melanggarnya dan mendatangi kalian dengan 80 kelompok besar pasukan. Setiap kelompok itu terdiri dari 12 ribu orang.”[4]

2.         Kiamat kubra atau kiamat besar
Kiamat kubra atau bisa kita sebut kiamat besar atau kiamat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu hancurnya seluruh alam semesta dengan segala isinya yang ditandai atau dimulai dari tiupan sangkakala Malaikat Israfil.
Dalil tentang kiamat kubra:




 “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi serta gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur, Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, Dan terbelahlah langit, Karena pada hari itu langit menjadi lemah.” (Q.S. Al-Haqqah: 13-16)

Tanda-tanda kiamat kubra:
*      Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal ini terjadi karena perubahan besar dalam susunan alam semesta.
*      Keluarnya suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap kepada semua orang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat sudah sangat dekat.
*      Datangnya Imam Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan Rasulullah SAW.
*      Munculnya Dajal. Dajal adalah seorang yang muncul sebagai tanda semakin dekat datangnya kiamat. Dajal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”.
*      Hilang dan lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap pulalah yang ada di dalam hati seseorang.
*      Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalela pengaruh Dajal.

C.     Peristiwa Setelah Hari Akhir
Sesudah hari kiamat manusia dibangkitkan dari kematian dan mulai menjalani kehidupan baru di alam akhirat dengan fase sebagai berikut :
1.      Alam barzah
Yaitu batas antara alam dunia dengan alam akherat dan dapat disebut dengan alam kubur.
2.      Alam ba’as
Yaitu peristiwa bangkitnya manusia dari alam kubur. Semua manusia pasti akan dihidupkan dan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT untuk dimintai pertanggungjawabannya selama hidup di dunia.
3.      Alam mahsyar
Ialah tempat berkumpulnya manusia setelah mati dengan berbagai macam bentuk sesuai amal perbuatan yang dilakukannya di dunia semasa hidup.
4.      Yaumul hisab
Adalah hari perhitungan amal baik maupun buruk manusia yang dilakukan semasa hidupnya. Pada saat itu manusia tidak bisa mengelak ataupun menawarnya, karena anggota badan akan menjadi saksi atas segala perbuatannya di dunia.


5.      Yaumul mizan
Ialah hari pertimbangan amal perbuatan yang dilakukan secara seadil-adilnya tanpa ditambah maupun dikurangi sedikitpun.
6.      Surga dan neraka
Surga adalah tempat yang di dalamnya menyediakan segala bentuk kenikmatan, kebahagiaan dan kesempurnaan dari Allah SWT, hanya untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah berfirman:




“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah Surga ‘Adn, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada TuhanNya.”(Q.S. Al-Bayyinah: 8)

Sedangkan neraka adalah kampung yang dipersiapkan Allah untuk orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang mendustakan para Rasul dan menolak syariat-Nya. Neraka adalah kehinaan terbesar dan kerugian yang abadi,[5] seperti yang di firmankan Allah:


“Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasil-Nya, maka sesungguhnya Neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (Q.S. At-Taubah: 63)

D.    Hubungan Kebangkitan dan Mahsyar
Dapat kita ketahui dalil-dalil ba’ts (kebangkitan), akan diterangkan sifat-sifatnya. Yakni setelah tiupan sangkakala pertama berfungsi sebagai tiupan yang mengejutkan dan membuat semua makhluk pingsan, baik di langit maupun di bumi, kecuali yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian ruh-ruh itu akan dikembalikan kepada jasadnya masing-masing.
Tiupan sangkakala kedua berfungsi untuk membangkitkan semua makhluk dari kuburnya, maka bangkitlah manusia dari liang kuburnya untuk menghadap Allah, Rabb semesta alam.[6]
Keadaan manusia ketika dibangkitkan mereka bangkit dengan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan tidak berkhitan, lalu dikumpulkan di padang Mahsyar. Rasulullah SAW bersabda:


“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dihimpun menuju Allah Ta’ala dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang (tidak berpakaian) dan tidak disunat (dikhitan).”[7]

Matahari dekat dengan mereka, peluh (keringat) bercucuran membasahi tubuh mereka. Ada yang terendam sampai kedua mata kakinya, ada yang sampai ke lututnya, ada yang sampai ke pinggangnya, sampai ke pundaknya bahkan ada yang yang sampai ke mulutnya, tergantung pada amalannya.[8] Ada juga yang dilindungi Allah di bawah naungan ‘Arsy-Nya.

E.     Nilai Pendidikan Beriman Kepada Hari Akhir
Dari uraian diatas kita dapat mengambil nilai pendidikan dari iman kepada hari akhir antara lain :
*      Menambah iman serta ketaqwaan kepada Allah SWT,
*      Lebih taat kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat,
*      Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada Allah SWT,
*      Selalu menghiasi diri dengan berzikir kepada Allah SWT sehingga jiwa menjadi tenang.
*      Patuh dan menghormati orang tua agar dapat menjadi seorang anak yang sholeh atau sholehah.

 IV.            KESIMPULAN
1.      Hari akhir adalah hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia beserta seluruh isinya kemudian manusia akan dibangkitkan dari alam kuburnya untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya selama hidup di dunia.
2.      Macam-macam dan tanda-tanda hari akhir:
1)      Kiamat sugra (kiamat kecil)
Tanda-tandanya antara lain, yaitu:
a.       adanya bencana alam,
b.      munculnya banyak fitnah,
c.       banyaknya pembunuhan, dll.
2)      Kiamat kubra (kiamat besar)
Tanda-tandanya antara lain, yaitu:
a.       Munculnya Imam Mahdi,
b.      Keluarnya Dajal,
c.       Turunnya Nabi Isa di akhir zaman,
d.      Munculnya matahari dari barat.
3.      Peristiwa yang terjadi setelah hari akhir:
a)      Yamul barzah,
b)      Yaumul ba’ast,
c)      Yaumul mahsyar,
d)     Yaumul hisab,
e)      Yaumul mizan,
f)       Surga dan neraka.
4.      Hubungan kebangkitan dan mahsyar
Keadaan manusia ketika dibangkitkan mereka bangkit dengan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan tidak berkhitan, lalu dikumpulkan di padang Mahsyar.
5.      Nilai pendidikan beriman pada hari akhir, antara lain:
1)      Menambah iman serta ketaqwaan kepada Allah SWT,
2)      Lebih taat kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat,
3)      Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada Allah SWT,
4)      Selalu menghiasi diri dengan berzikir kepada Allah SWT sehingga jiwa menjadi tenang,
5)      Patuh dan menghormati orang tua agar dapat menjadi seorang anak yang sholeh atau sholehah.

    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah dan kekurangan bagian dari kita. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermafaat dan menambah referensi pengetahuan kita. Terimakasih.













DAFTAR PUSTAKA

Al-Qahthani, Said bin Musfir, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Bekasi: PT Darul Falah, 2011.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir,  Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2006.
Tim Ahli Ilmu Tauhid, At-Tauhid Lish-Shaffits Tsani Al-‘Ali, Jakarta: Darul Haq, 2010.




[1] Tim Ahli Ilmu Tauhid, At-Tauhid Lish-Shaffits Tsani Al-‘Ali, (Jakarta: Darul Haq, 2010), hlm.105.
[2] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2006), hlm. 278.
[3] Terbukanya aurat termasuk dosa besar.
[4] HR. Al-Bukhori (no. 3176), dari Sahabat ‘Auf bin Malik.
[5] Said bin Musfir al-Qahthani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Bekasi: PT Darul Falah, 2011), hlm. 315.

[6] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2006), hlm. 313.
[7] HR. Al-Bukhari (no. 3349) dan Muslim (no. 2860(58)), dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Hadits ini terdapat juga dalam Shahiihul Bukhari (no. 6527) dan Muslim (no. 2859), dari ‘Aiyah.
[8] HR. Muslim (no. 2864) dari Sahabat al-Miqdad bin al-Aswad.